Tuesday, April 10, 2018

Mengenang Epoch Perjuangan ”Lasywi” Jawa Barat

Oleh: Tuti Amir

Abstrak
Gambaran tentang pahlawan baik pria maupun wanita merupakan suatu bagian yang penting di dalam sejarah setiap bangsa. Kedudukan yang penting itu acapkali menempatkan para pahlawan untuk patut diperingati. Pahlawan Nasional dilestarikan dalam wujud nama jalan, nama Perguruan Tinggi, nama Angkatan Perang/Kesatrian TNI/Polri, nama rumah sakit, nama kapal dan lain sebagainya. Pengabdian semacam itu bermaksud untuk memperkenalkan para pahlawan, melangsungkan makna pengorbanan tersebut bagi generasi-generasi yang akan datang. Makna yang dapat kita tarik dari pengabdian dalam berbagai bentuk, tergantung dari kemampuan analisis dan kecakapan mengkaitkan jasa-jasa para pahlawan dalam konteks penyelesaian masalah yang dihadapi masa kini dan masa mendatang.

Pengabdian dan usaha mencari makna seperti yang dipaparkan diatas belum cukup untuk memahami setiap insan agar menarik manfaat dari pengorbanan para pahlawan. Untuk itu diperlukan bahan bacaan yang akan memberikan penjelasan terhadap perjuangan para pahlawan. Berdasarkan pokok-pokok pikiran diatas, penulis berusaha untuk menguraikan perjuangan wanita dalam wadah LASYKAR WANITA (LASYWI) khususnya perjuangan Lasywi di Jawa Barat, bagaimana keberadaannya dulu, keberadaan masa kini dan bagaimana menjelang usia lanjut mereka keberadaannya dalam wadah organisasi KOWAVERI.

Pendahuluan

S
elama kurang lebih 3 ½ abad penjajahan atas Indonesia, Belanda terpaksa melancarkan perang kolonial sebanyak lebih dari 85 kali, guna mencegah bangsa Indonesia memerdekakan diri dari belenggu penjajahannya. Namun pengalaman pahit penjajahan itu membuahkan nikmat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Allah telah memberikan hidayah kepada umatnya terutama bangsa Indonesia membuka pikiran bagaimana cara memerdekakan diri. Kepada bangsa Indonesia telah dibuka pikiran jalan kemerdekaan melalui generasi-generasi sebagai berikut:
1.      Generasi perintis dengan berdirinya Budi Utomo 1908.
2.      Generasi penegas dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
3.      Generasi pendobrak Kolonial Belanda dengan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang dikenal sebagai generasi Angkatan 45.
4.      Generasi pengisi kemerdekaan dengan nama Angkatan 66.
5.      Abad ke 20 adalah generasi reformasi menuju millenium ke-3 yang mempersiapkan kehidupan bernegara secara lebih demokratis (mudah-mudahan berhasil).

Pada saat memuncaknya perjuangan nasional khususnya dalam menghadapi teror tentara Inggris dan NICA (Netherland Indies Civil Administration) di daerah yang telah mereka duduki pemerintah Indonesia membentuk Tentara Kebangsaan dan meresmikian Badan Keamanan Rakyat (BKR) menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) melalui maklumat Pemerintah tanggal 5 Oktober 1945. TKR mempunyai tugas untuk mengamankan negara dan rakyat dari gangguan teror tentara pendudukan Inggris dan NICA. TKR telah mempunyai unsur laut, udara dan kepolisian. Disamping TKR dibentuk juga LASYKAR RAKYAT sebagai Organisasi Perlawanan Rakyat untuk melaksanakan pertahanan dan keamanan negara R.I. Lasykar Rakyat pada garis besarnya terdiri dari dua golongan :
1.      Lasykar yang tidak dijiwai oleh sesuatu idiologi politik, tumbuh sebagai perwujudan hasrat rakyat yang meluap-luap untuk turut serta mengisi dan menegakkan Proklamasi 17 Agustus 1945, baik lasykar pria maupun lasykar wanita.
2.      Lasykar yang dijiwai oleh sesuatu idiologi politik partai, adalah lasykar yang dibentuk oleh partai-partai politik sebagai akibat Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang pembentukan partai-partai dan anjuran untuk membentuk Lasykar Partai.
Dalam bab berikut akan diuraikan bagaimana dan kapan terbentuknya lasykar wanita khusus di wilayah Jawa Barat secara singkat, bagaimana keadaan LASYWI selanjutnya.

Lasykar Wanita Indonesia (LASYWI) Jabar

Lasywi terbentuk pada tanggal 12 September 1945 di Bandung dan bermarkas di gedung Mardi Hardjo Jl. Pangeran Sumedang, sekarang Jl. Otto Iskandardinata. Lasywi Mardi Hardjo langsung dibawah pimpinan dan pengawasan Ibu S. Yati Arudji Kartawinata (waktu itu bapak Arudji Kartadinata adalah Menteri Muda Pertahanan RI). Pelindung Laswi adalah Bapak Arudji sendiri sebagai Komandan Divisi III dan Bapak Oman Abdulrachman waktu itu sebagai Komandan Resimen VIII TRI. Lasywi direkrut dari para pelajar putri dari berbagai sekolah menengah yang ada di Bandung dan beberapa ibu-ibu dari Fujingkai dan beberapa yang sudah bekerja pada zaman penjajahan, mereka rata-rata selesai HIS, kelas pertama MULO dan ada juga yang sudah selesai HIK.

Pelatih-pelatih Lasywi adalah personil-personil dari Resimen VIII, Batalyon II (Yon Sumarsono), BKR, KRIS dan pemuda PTT yang melatih bidang kemiliteran, mereka juga (Lasywi) diberi pelajaran Bidang Rohani oleh Ibu Pardjaman dan Ibu Aliratman (sekarang beliau-beliau telah tiada), selain itu diberikan latihan bongkar pasang senjata, cara menembak dan bela diri. Setelah direkrut dan banyak yang bergabung, maka disusunlah organisasi yang terdiri dari : 2 Seksi (setingkat Peleton) dan tiap peleton membawahi 8 Brigade (regu). Kekuatan personil Lasywi waktu itu berjumlah 90 orang dan 10 orang tenaga administrasi pengawas asrama dan pengawasan dapur.

Di waktu senggang Lasywi mendapat pelajaran tambahan seperti :
  • EHBO (Erstehulp Voor Ongelulkken)/PPPK.
  • Baris berbaris.
  • Bongkar pasang senjata (Karabyn Mouser sampai Water Mantel).
  • Bela diri tangan kosong (PDTB).
  • Anggar (Floret, Sabel).
  • Membaca kode morse dan bendera.

Pengalaman terjun ke lapangan.
  • Membantu korban banjir Cikapundung.
  • Mengangkat korban pemboman di Cicadas, hantaman Howitser di Tegallega.
  • Mengangkat korban masyarakat yang kena tembakan Howitser yang ditembakkan dari gedung Dennos dan mengangkat sorban ke R.S. Imanuel.
  • Pada peristiwa Bandung Lautan APi mundur ke CIparay (Cipaku) dan membentuk dapur perjuangan.
  • 4 Brigade (Regu) dipencar dan diperbantukan ke 5 Yon I s/d Yon V waktu kembali ke induk pasukan asrama Lasywi kena sasaran Howitser yang ditembakan dari Dayeuh Kolot, asrama jadi berantakan dan seorang kena pecahan peluru Howitser.
  • Asrama pindah ke Majalaya, nasibnya sama karena dihujani bom asrama hancur dan mengakibatkan 8 anggota gugur dan 2 orang cidera.
  • 2 Regu Lasywi dipanggil oleh Ibu Arudji ke Jogja (waktu itu Bapak Arudji menjabat MENMUD Pertahanan) tugas-tugas regu itu melatih pasukan yang sudah terbentuk dan pasukan yang sudah terlatih diambil alih oleh Ibu Yos Chairul Saleh untuk dijadikan Wanita Pembantu Perjuangan (WAP) dan Lasywi Bandung tetap bersama Ibu Arudji.
  • Akhir 1948 kembali ke Bandung dengan jalan kaki, 6 orang menghadap Pak Oman Abdurahman apa tugas Lasywi selanjutnya. Pak Oman menyarankan agar melanjutkan sekolah, ada yang ke V.H.O. (Voorbreiding Loor Hoger Onderwiys) dan ada yang ke Kweek School Njemuesty sesudah itu semua Lasywi berkeluarga sampai beranak cucu. Estela dibentuk KOWAVERI (Korp Wanita Veteran RI) bersama berkumpul lagi dan dalam wadah KOWAVERI.
  •  

SUSUNAN PENGURUS LASYWI BANDUNG

Setelah didirikan tanggal 12 Nopember 1945 dan telah tersedia SDM Lasywi maka disusunlah Lasywi Jabar yang berkedudukan di Jl. Pangeran Sumedang No. 91 Bandung. Adapun sususnannya ádalah sebagai berikut :
Promotor
:
Ibu Yati Arudji Kartawinata
Pemimpin
:
Ibu Yati Arudji Kartawinata
Pelindung
:
Bp. Arudji Kartawinata


Bp. Oman Abdurahman


Ibu D. Pardjaman


Ibu Kurniasih Suranata
Ketua
:
Ibu Arudji Kartawinata
Wakil Ketua
:
Ibu Djuhaeni Maskun (Alm)
Sekretaris I
:
Tedja Setiasih (Edja)
Sekretaris II
:
Kusumatinah
Bendahara I
:
Maemudah (Alm)
Bendahara II
:
Siti Sobarian (Alm)
Pembantu Umum
:
Kustiani


Suliah
Ajudan
:
Nani Ramami


Sri Sisbandiah

Seksi-Seksi
Perlengkapan
:
Djajat / Perry
Dapur Umum
:
Rosmana
Timun Muljani
Palang Merah
:
Jatimah
Roosmini
Sosial
:
Kajati
Jootje
Intel
:
Nani Sumarni
Sisbandijah (Alm)
Penghubung
:
Atikah
Kustiani

Pasukan
Kepala Seksi I (DANTON)
Kepala Seksi II (DANTON)
Kepala Brigade I (DANRU)
Kepala Brigade II (DANRU)
Kepala Brigade III (DANRU)
Kepala Brigade IV (DANRU)
Kepala Brigade V (DANRU)
Kepala Brigade VI (DANRU)
Kepala Brigade VII (DANRU)
Kepala Brigade VIII (DANRU)
Kepala Brigade IX (DANRU)
Merangkap Ordonamns
: E. Sariah/Sartje (sekarang May Purn)
: Sisbandiah (Alm)
: Tuti Kartabrata
: Arinah
: Hermiati
: Suprapti
: Sukarmi
: Sukarningsih
: Hartini
: Hindun

: Willy

Setelah disusun kepengurusan maka Lasywi mempunyai Undang-Undang Laskar Wanita yang berbunyi :
1.      Tidak ada sembahan lain, melainkan Tuhan saja.
2.      Cinta dan sayang kepada tanah air, bangsa dan agama.
3.      Jujur ikhlas dan suci.
4.      Suka menolong dan tidak menghendaki pembalasan.
5.      Setia para perjanjian.
6.      Berani karena benar takut berbuat salah.
7.      Sabar dan rela membantu pasukan yang manapun juga.
8.      Boleh dipercaya.
9.      Teguh memegang disiplin.
10.  Menurut dan berdiri dibelakang pemimpin.
11.  Membaca kalimat syahadat.
12.  Saya sungguh-sungguh dan suci hati.
13.  Meneriakkan kata “MERDEKA”.

Selain itu Lasywi juga mempunyai lagu Mars Lasywi yang berbunyi :


MARS LASYWI

Dari Jakarta ke Semarang.
Dari Jogja dan Surabaya.
Beta cari sampai sekarang.
Hanya di Bandung ada Lasywi.

Reff :
Oh Lasykar Wanita Indonesia
Menjelma di dalam panca roba.
Dengarlah panggilan pertiwi.
Siapa yang rela tentu Lasywi.

Kegiatan yang menonjol pada peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) Lasywi digabungkan dengan MP3 dan diberi tugas mengurus dapur umum untuk para pejuang yang berada di daerah pertempuran sektor Bandung Selatan. Anggota Lasywi disebarkan ke setiap kesatuan untuk menyelenggarakan dapur umum dan Palang Merah yang berada digaris depan sektor Bandung Selatan.
1.      Tugas dapur umum pada saat itu adalah :
2.      Mencari bahan mentah makanan.
3.      Memasak dan mengantarkan ke front depan yang ditugaskan mengawal ompreng ke Pusat Dayeuh Kolot adala Sdr Nani Ramami.

Logistik diangkut dengan gerobak-gerobak milik Lasywi, apabila gerobak Lasywi mogok maka tidak segan-segan menggunakan kendaraan pribadi yang lewat, bahkan mobil Pak Nasution pun tidak luput untuk dipakai mengantar ompreng.

Korban-korban yang terjadi pada saat asrama di Majalaya dibombardir sehingga menimbulkan 10 orang luka-luka dirawat di R.S. Garut dan 4 orang meninggal yaitu 3 orang bala bantuan dari Jogjakarta dan Magelang dan 1 orang lagi dari Garut. Para korban telah dimakamkan kembali/dipindahkan ke TMP Jogjakarta 2 orang dan 1 orang lagi di TMP Madiun dan 1 orang lagi masih berada di pemakaman Majalaya yaitu Sdr. Lala. Korban cacar lainnya ialah Sdr. Djadjat dan Sdr. Euis Sariah alias Sartje menderita tromelvliesnya pecah yang mengakibatkan pendengarannya tidak normal lagi (sekarang beliau adalah May Purnawirawati NPV 09.018.770 beliau diangkat menjadi Mayor berdasarkan Kepres No. 307 Th. 1968).

Kegiatan Lasywi Lasywi di luar Kota Bandung

  1. Pada perang kemerdekaan I (Class ke-I tahun 1947) Lasywi dipecah menjadi 2 pimpinan yaitu :
a.       Lasywi pimpinan Ibu Awibowo
b.      Lasywi pimpinan Ibu Pangeran Hadinegara
Yang beroperasi diwilayah Jogjakarta.
  1. Pada perang kemerdekaan II (Class ke-II tahun 1948) Lasywi siang hari bertugas sebagai palang merah dan dapur umum, malam hari ikut bergerilya di wilayah Jawa Tengah.
  2. Inspektorat wanita biro perjuangan yang dipimpin saudari Atikah dan Saudara Edja sebagai sekretaris berkedudukan di Garut bertugas untuk membentuk kader-kader wanita untuk ditugaskan di kecamatan-kecamatan, tugas mereka adalah :
a.       Membantu jawatan sosial.
b.      Memberantas buta huruf.
c.       Membuat makanan tahan lama untuk dikirim ke front.
d.      Menjahit pakaian untuk para lasykar.
e.       Mencari dana untuk para korban di rumah sakit.
  1. Setelah penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949 lasykar resmi dinyatakan bahwa anggota Lasywi kembali ke masyarakat dengan catatan bahwa perjuangan belum selesai, dimanapun mereka berada kewaspadaan nasional tetap ditingkatkan dan akan berjumpa lagi di lain kesempatan dengan pemeo ”Walau pejuang sudah sampai pada Purna Yudha tetapi tidak mau mengenal purna bhakti”. Atau mengutip kata-kata dari Jenderal Besar Douglas McArthur yang terkenal dengan ”We ar Old Soldier but Old Soldier Never Die”.

Laswy Masa Kini (Terbentuknya Kowaveri)

  1. Dalam rangka memperingati hari proklamasi tahun 1947 para veteran wanita dan pejuang lainnya diundang oleh Ibu Tien Soeharto (Alm) menyelenggarakan reuni antar wanita anggota kelasyakaran wanita dari seluruh tanah air yang pernah ikut dalam perjuangan Kemerdekaan dan membebaskan dari cengkeraman penjajah. Gagasan tersebut ditanggapi secara positif, antara lain oleh Ibu. S.Y. Arudji Kartawinata (alm), Ibu S. Koempoel (alm) dan Ibu Sri Wulan Soejitno.
  2. Tanggal 4 Maret 1976 diadakan reuni akbar kelasyaran wanita di Sasana Langen Budaya TMII dan dihadiri kira-kira 1.500 orang.
  3. Tanggal 18 Juli 1976 diadakan sarasehan di Gedung Joang 45 Jl. Menteng Raya 81 Jakarta Pusat dengan undangan yang terbatas, masalah yang dibicarakan membahas “wadah apa yang dapat dibentuk untuk mempersatukan mereka dalam gerak langkah selanjutnya”. dalam sarasehan tersebut diundang Ketua Umum LVRI pada waktu itu yaitu Laksamana Purn O.B. Syaaf (Alm) (periode 1973-1978) yang mengajak para pejuang wanita untuk bergabung dalam LVRI, hal itu disambut baik oleh para peserta sarasehan, namun berhubung tidak semua wanita pejuang dapat memenuhi persyaratannya yang digariskan oleh undang-undang No. 7 tahun 1967 tentang keveteranan maka dalam sarasehan itu disepakati membentuk suatu yayasan Wirawati Catur Panca yang dapat mewadai/menampung aspirasi seluruh wanita pejuang baik wanita yang memenuhi syarat sebagai veteran maupun yang tidak dan diresmikan bulan Mei 1976.
  4. Berdasarkan usul/saran dari ibu-ibu peserta veteran wanita (a.l. Ibu Arudji Kartawinata dan Ibu WIlly D.P. Soekirman (dari Lampung). Munas IV LVRI tahun 1978 di Medan telah memutuskan dibentuknya anak organisasi Wanita Veteran disamping Korps CACAT Veteran, Korps Sarjana Veteran dan Korps Karyawan Veteran. Bapak Letjen (Purn) Achmad Tahir yang terpilih sebagai Ketua Umum LVRI pada Munas tahun 1978 telah menugaskan kepada Pembantu Umum Urusan Peranan Wanita LVRI yaitu Ibu Herlina Kassim untuk mempersiapkan pembentukan anak organisasi Wanita Veteran dengan membentuk panitia. Panitia yang dibentuk 7 orang yaitu :
a.       Ibu Herlina Kassim.
b.      Ibu Lieke Sadikin.
c.       Ibu Mimi Soetopo (Alm).
d.      Ibu Lies Hayati Tamin (Alm).
e.       Ibu Malindar (Alm).
f.       Ibu Moedjinah Hamy Soetoyo.
g.      Ibu Sri Wulan Soejitno.

Tanggal 5 s.d 7 Desember 1979 Panitia 7 menyelenggarakan musyawarah kerja membentuk anak organisasi bagi Veteran Wanita. Muker tersebut telah memutuskan :
a.       Terbentuknya Korps Veteran Wanita.
b.      Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
c.       Progja Kerja.

Berdasarkan S.K. MBLV Nomor : Skep-59 / MBLV / IV / 12 / 1979 tanggal 20 Desember 1979 nama Korps Veteran Wanita diubah menjadi ”Korps Wanita Veteran Republik Indonesia” disingkat ”Kowaveri” dan hari ulang tahun Kowaveri ditetapkan tanggal 26 Maret. Kini telah dibentuk PD. Kowaveri di 20 propinsi perwakilan di 3 propinsi dan cabang di 144 kabupaten yang semuanya itu merupakan anak organisasi dari MADA/MACAB LVRI yang bersangkutan.

Keadaan/situasi Kowaveri PD. Jabar saat ini

Di Bandung/Jawa Barat ketua Kowaveri pertama adalah Ibu Nani Juhro yang diresmikan tahun 1980 dan susunan pimpinan/pengurus Kowaveri sekarang periode 1995 – 2000 sebagai berikut :
Ketua
:
Ny. Hj. Tuti Amir.
Wakil Ketua
:
Ny. Djalal Asikin.
Bagrog/Umum
:
Ny. Nina Gunawan.


Ny. Hj. E. Djutifah Pakih.
Bag. Kesejahteraan
:
Ny. Hj. Kuswariyah.


Ny. Hj. Sukarningsih.
Bag Sosial/Budaya
:
Ny. Hj. Tedjaningsih


Ny. Hj. Kowarini.
Bag Ekuin
:
Ny. Hj. Empit Supita.


Ny. Hj. Euis Sariah.
Bendahara
:
Ny. Kuntarsih.


Misriadi.
Sekretaris
:
Ny. Hj. Djuariah Harun.

Setelah mengalami liku-liku perjuangan/pengabdian mantan Lsywi yang bernaung dibawah organisasi Kowaveri Alhamdulillah telah dilaksanakan kewajiban sebagaimana mestinya meskipun mengalami berbagai macam tantangan selama 22 tahun berdirinya Kowaveri PD. Jabar dan cabang di propinsi Jabar dari hasil pantauan tiap muscab ternyata SDM Kowaveri mengalami penyusutan secara alamiah dan yang ada banyak mengalami uzur antara lain Macab Kowaveri Bogor dan Majalengka, dalam Muscab tidak bisa terlaksana karena SDM nya tidak ada. Hasil Kongres ke VIII LVRI di Jakarta tanggal 26 s/d 28 Maret 2002 ternyata eksistensinya Kowaveri masih dibutuhkan, perlu diketahui bahwa SDM Kowaveri/Lasywi bahwa kini sudah berusia antara 70-80 tahun dan pada tahun 2004 nanti beliau-beliau telah masuk masa Post Activity Path (masa istirahat) untuk ini wajar bila timbul pertanyaan ”QUOVADIS LASYWI”.

Kesimpulan

Kelasykaran para pejuang RI dalam perjuangan kemerdekaan tidak dimonopoli oleh kaum pria namun dalam kenyataannya ikut pula Lasykar Wanita Indonesia (LASYWI) seperti diuraikan di atas khususnya Lasywi Jawa Barat. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya. Penulis telah berupaya menyampaikan informasi tentang lika-liku perjuangan Lasykar Wanita Indonesia khususnya Lasywi di Jawa Barat, namun karena sulitnya memperoleh data kepustakaan/referensi tentang Lasywi, tulisan ini perlu penyempurnaan.

Saran

Kepada pembaca yang budiman apabila mengetahui cerita/informasi tentang Lasywi mohon disampaikan kepada penulis dengan alamat Jl. Jawa No. 56 Bandung, untuk kesempurnaan dan perbaikan terima kasih atas partisipasinya.

Penutup

Demikianlah tulisan yang berjudul MENGENANG EPOCH PERJUANGAN LASYWI JAWA BARAT, atas kekurangannya penulis mohon maaf. semoga bermanfaat.

Sumber:
Makalah disampaikan pada kegiatan Temu Tokoh yang diselenggarakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung tanggal 5 Agustus 2010.

No comments:

Post a Comment