Dalam hal ini, Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatul Muhibbin Caringin, Bogor KH M. Luqman Hakim menegaskan, semua wajib menjaga agama. Tetapi ketika gerakan keagamaan berujung politik bahkan dengan alasan menjaga agama, justru gerakan itu menjadi duniawi sekali.
“Nafas keagamaan lama-lama berbau busuk di tong sampah sejarah, beraduk antara kesucian dan kotoran nafsu,” ungkap Kiai Luqman, Kamis (19/7) menanggapi gerakan-gerakan yang menggunakan agama sebagai alat mencapai kekuasaan politik praktis.
Sebaliknya, menurut Kiai Luqman, gerakan politik yang tidak memiliki visi menjaga agama dan penataan dunia, perjuangan hanya akan bertegak papan nama.
“Apalagi jika memanfaatkan gerakan agama untuk dijadikan tawar-menawar kekuasaan, pihak yang terlibat harus bertanggung jawab atas jual beli agama dengan dunia,” tegas doktor lulusan Universitas Malaya Kuala Lumpur, Malaysia ini.
Menurutnya, sumber konflik antara agama dan kekuasaan, selalu berinduk dari kelompok dengan kejernihan beragama yang cerdas (termasuk dalam memahami hakikat agama dan politik), melawan kebodohan beragama yang diseret oleh imajinasi politik atas nama agama.
www.nu.or.id | Fathoni
No comments:
Post a Comment