Ngabalin mengungkapkan, komunikasi pertemuan atau melalui telepon cukup lancar, bahkan sudah ada kesepakatan AHY menjadi menteri Jokowi pada pilpres 2019.
Dalam pilpres akhir-akhir ini para politisi sering mengadakan pertemuan-pertemuan membahas kesepakatan atau deal-deal tertentu. Tentu yang dibahas adalah sharing atau pembagian kekuasaan, atau kami mendukung dan mau koalisi, tetapi kami dapat bagian atau posisi apa. Hal ini wajar dalam pembagian kekuasaan.
Kadang pertemuan-pertemuan yang diketahui oleh publik atau media massa hanya 25% saja, artinya ini yang diketahui oleh publik atau media televisi atau yang lainnya. Yang 75% tidak diketahui oleh publik atau media massa baik cetak atau televisi.
Seperti pertemuan antara Prabowo Subianto dengan Susilo Bambang Yudhoyono yang diketahui oleh publik atau media televisi.
Dalam pertemuan antara Prabowo dan SBY setelah pertemuan berakhir, kedua belah pihak mengadakan konferensi pers. Seperti pernyataan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, menurutnya ia merasa kesulitan dan adanya rintangan dalam membangun koalisi dengan presiden Jokowi Widodo.
Ternyata pernyataan SBY ini langsung direspon oleh juru bicara istana yaitu Akil Mochtar Ngabalin. Intinya, Istana menyayangkan pernyataan SBY yang mengatakan adanya kesulitan dan rintangan dalam membangun koalisi dengan presiden Jokowi.
Seakan-akan tanggapan Ngabalin ini membuka atau menyikap tabir yang tidak diketahui oleh publik atau media massa. Ternyata sudah ada kesepakatan atau deal-deal yang akan memberikan jabatan menteri untuk AHY.
Menurut Ngabalin komunikasi pertemuan langsung atau melalui telepon cukup lancar, bahkan sudah ada kesepakatan AHY menjadi salah satu menteri Jokowi pada pilpres 2019 nanti. Dan lanjut Ngabalin, SBY malah berlabuh ke koalisi lain tanpa “pamit”.
Seperti yang dilansir oleh INDOPOS, “Itu pernyataan tidak baik. Seakan-akan tidak ada pertemuan sama sekali selama ini. Padahal, sudah dilakukan pertemuan empat mata yang diketahui publik maupun yang tidak diketahui, antara Pak Presiden (Jokowi) dengan Pak SBY. Sudah ada gentlemen’s agreement (kesepakatan). Tapi Pak SBY mengakhirinya dengan cara seperti ini. Ini kan tidak baik. Tidak gentle,” kata juru bicara Istana, Ali Mochtar Ngabalin, melalui telepon, Rabu 25 Juli 2018.
Memang sebelum Janur Kuning belum melengkung terkadang kesepakatan atau deal-deal tertentu bisa dibatalkan tanpa ada pemberitahuan, apalagi ini dunia politik. Kecewa saja bisa berubah dukungan dan lari ke kubu lainnya.
Mungkin SBY kecewa masak anak lanang sing bagus dewe atau pangeran Cikeas hanya mendapatkan jabatan seorang menteri, SBY berharap minimal jabatan AHY adalah cawapres. Oleh karena itu SBY berlabuh ke kubu Prabowo. SBY merasa ada persamaan saling percaya atau saling sepaham antara dirinya dengan Prabowo, dan ia merasakan adanya syarat koalisi itu.
Sikap SBY inilah yang disesalkan oleh Ngabalin, kalau sudah ada kata sepakat, yaaa.. mbok dihormati. Ini seakan-akan pak presiden tidak membuka komunikasi,tidak membuka diri. Bahkan komunikasi AHY dengan Sekneg, itu lancar. Tidak ada masalah.
Ini realitas politik Tanah air seperti dagang sapi, tidak puas atau kecewa bisa menarik dukungan dan berlabuh ke perahu sebelah.
Inilah sikap ragu-ragu atau penuh perhitungan SBY, terkadang langkah maju mudur-maju mundur kayak Syahrini. Inginya mendapat emas malah mendapat emas kuningan alias palsu.
pepnews.com | Kasihanto Anto/opini
No comments:
Post a Comment